Q&A ABOUT FAMILY LIFE PART 1
Hello Readers !
Wow hampir satu tahun tidak produktif di blog ini sehingga banyak sekali draft (BANYAAAK!!!) yang belum di publish termasuk tulisan tentang liburan.
Yaa, bulan Juli tahun lalu Syara sudah mulai sekolah TK A. Kesibukan sebagai ibu rumah tangga bertambah, tidak hanya masak, beberes rumah, tetapi juga jadi sopir jemput anak pulang sekolah. So, yah ga sempat lagi nulis.. (hmm sebenarnya sih ya sempat aja sih cuma ya malas 😋😁)
Well, langsung saja ya. Tulisan kali ini saya ingin berbagi cerita dan pendapat dalam bentuk tanya jawab. Bahasa kerennya QnA! Haha. Topik QnA kali ini adalah seputar kehidupan awal parenting. Pertanyaan yang diberikan biasanya yang almost teman-teman tanyakan kepada saya atau seputar perbincangan santai antara ibu-ibu. Kita mulai ya!
Q: Alhamdulillah hamil! Wah katanya banyak makanan pantangannya ya? Ga boleh ini, ga boleh itu?
A: Wah congrats! Kabar baiknya ibu hamil boleh makan apa saja loh. Tetapi… yang perlu diperhatikan menurut pendapat saya adalah makanan yang dimakan harus makanan sehat yang benar-benar matang dan bersih. Artinya sebisa mungkin tidak mengkonsumsi makanan mentah, setengah matang dan kurangi makanan instan. Saya pribadi sih selama hamil dulu puasa makan sushi, sate (kalau kepengen banget bisa bikin sendiri ayamnya digoreng lalu dikasih bumbu pecel homamade), sayuran pecel/karedok mentah, bahkan mie instan (ya sekali-kali colongan makan dikit hehehe). Saya juga menghindari makanan yang dapat memicu kontraksi atau perut mulas seperti buah durian atau makan sambal terlalu banyak. But, saran saya sih selalu konsultasikan ke dokter saja yaa mana yang boleh dan mana yang tidak karena kehamilan setiap wanita itu berbeda-beda kondisinya.
Q: Ibu hamil pasti mengalami masa ngidam?
A: Menurut saya sih tidak ya karena saya tidak mengalami keinginan akan sesuatu yang aneh-aneh a.k.a ngidam. Saat hamil cuma pengen uang lancar mengalir hahaha. Ya persalinan dan belanja kebutuhan bayi ini itu kan butuh biaya yang tidak sedikit ya bok! Hehe. Hmm, yaa paling sih pas hamil itu saya pengen makan yang gurih misalnya mie ayam atau burger gitu. Selebihnya ga ada yang aneh tuh kaya minta ketoprak di pagi buta atau minta makan papeda tengah malam.
Q: Apakah Ibu hamil pasti mual dan muntah? Kapan berakhirnya?
A: Calon Ibu yang berbahagia, nikmati saja ya momen itu. Tak perlu risau, tak perlu sedih dan tak perlu repot konsumsi obat anti mual dan muntah banyak-banyak. Momen mual dan muntah yang saya rasakan saat hamil anak pertama itu dimulai usia kandungan 2 bulan dan berakhir saat usia kehamilan masuk 4 bulan. Saat hamil anak kedua malah hampir tidak pernah mengalami mual dan muntah. But, apapun keadaannya saya tetap bersyukur karena bisa hamil. Jadi ga perlu dipusingkan lah ya momen mual dan muntah ini. Apabila mual dan muntah sudah sangat mengganggu, bisa langsung konsultasi ke dokter ya!
Q: Kapan ya saya harus membeli perlengkapan bayi?
A: Memang tidak ada patokan waktu khusus yang tepat namun, saran saya tidak perlu tergesa-gesa untuk membeli perlengkapan bayi. Di awal kehamilan lebih baik fokus pada perkembangan janin agar berkembang dengan normal dan sehat. Saya pribadi membeli perlengkapan bayi 2 bulan sebelum melahirkan kok.
Q: Perlengkapan bayi yang harus dibeli apa saja sih? Bingung nih soalnya anak pertama.
A: Awal kehamilan dulu juga saya bingung apa saja yang harus dibeli. Namun hal yang sangat harus diperhatikan adalah jangan terlalu banyak beli perlengkapan hanya bisa dipakai usia newborn. Bayi newborn perkembangan fisiknya termasuk cepat alias bayinya cepat gede. Saran saya tidak perlu terlalu banyak membeli baju newborn dan perlu diingat pengeluaran tidak hanya untuk membeli perlengkapan bayi tetapi juga untuk biaya persalinan. Be wise dalam berbelanja jangan sampai kalap! Hehe. List item apa saja yang harus dibeli akan saya bahas di postingan terpisah ya.
Q: Waktu lahiran tiba! Congrats ya anaknya sudah lahir. Normal atau C-Section nih ?
A: Terkadang saya suka berpikir, manfaat bertanya seperti ini apa ya? Jikalau memang benar bertanya basa basi sih saya rasa tidak apa-apa (saya juga sering basa-basi seperti ini tanpa ada maksud lain). Namun kenyataannya selalu ada maksud berujung nyinyir pernyataan negatif khususnya bagi Ibu C-Section. Hal yang perlu digaris bawahi adalah mau melahirkan normal atau C-Section itu sama saja, sama-sama sakit dan berjuang mempertaruhkan nyawa demi anak. Saya sebagai seorang ibu yang melahirkan melalui proses operasi juga mengalami rasa sakit kok. Awalnya memang tidak mengalami sakitnya kontraksi dan pembukaan, tetapi setelah obat bius hilang lalu mulai belajar berdiri dan berjalan itu… luar biasa!
Q: Duh enaknya melahirkan dengan proses operasi, tidak mengalami sakitnya kontraksi dan pembukaan!
A: Wow thank you! Seperti yang saya katakan di atas, memang saya tidak merasakan sakit kontraksi dan lain sebagainya. But, can you imagine? Rasa luka setelah operasi itu juga sakit loh. Cenat-cenut perih, jari teriris pisau saja perih apalagi perut dibelah. Belajar duduk dan berdiri rasanya jahitan seperti terbuka, nyeri dan mau nangis. Asli sakit banget! Belum lagi setelah mengering, bekas jahitan terkadang terasa gatal, mau digaruk takut luka, mau tidak digaruk gatalnya aduhai. Serba salah. Rasa tidak nyaman seperti itu juga mungkin berlangsung seumur hidup. Yah syukuri saja yang penting anak selamat dan sehat. 🙂
Q: Udah tau sakit kaya gitu kenapa operasi? Enakan normal loh, sakitnya hanya sebentar.
A: Namanya netizen sih yaa selalu ada celah untuk menimpali balik ya. Haha. Pilihan C-Section saya pilih selain saya takut tidak kuat ‘ngeden‘, minus mata saya besar buibu. Saya tidak mau ambil resiko saja sih. Lagian ini pilihan saya untuk memutuskan operasi. Cukup doakan saja anak dan Ibu selalu sehat.
Q: Yah lahirannya C-Section. Tidak menjadi seorang ibu seutuhnya dong ya…
A: Oooh really? Jadi, proses mengandung selama 9 bulan itu bukan bagian perjalanan menjadi seorang Ibu ya? Banyak juga loh seorang ibu yang melahirkan dengan proses normal namun setelah lahir anaknya dibiarkan atau dibuang begitu saja. Well, menjadi seorang Ibu seutuhnya menurut saya tidak bisa diukur dari pilihan proses melahirkan. Bagaimana dia merawat, menyayangi dan melindungi anaknya seumur hidupnya adalah sosok Ibu seutuhnya. Honestly, saya sangat kesal dengan statement seperti ini apalagi baru saja melahirkan. Hayoo siapa yang sering ngomong begini ke Ibu C-Section? Hmm…
Q: Bayinya minum ASI atau susu formula?
A: Nah ini adalah pertanyaan yang cukup sensitif setelah pertanyaan tentang pilihan proses melahirkan. Alhamdulillah 2 anak saya ASI eksklusif. Anak yang pertama sampai dengan 2 tahun dan yang kedua sedang berjalan hampir 2 tahun. Dalam hal ini, saya akui ASI adalah makanan terbaik bayi satu-satunya pada 6 bulan awal kehidupannya dan lebih bagus lagi bila diberikan sampai dengan 2 tahun. Manfaat utama yang dirasakan adalah anak memang memiliki daya tahan tubuh yang baik sehingga jarang sakit atau terkena flu. Namun mengenai daya tahan tubuh balik lagi tergantung apakah asupan gizi sang Ibu sudah tepat atau belum untuk menghasilkan ASI yang berkualitas.
Q: Ih bayinya bukannya diberi ASI malah diberikan sufor? Payudara Ibunya takut rusak ya? Kok tega sih?
A: Walaupun saya memberikan full ASI eksklusif, saya tidak mau men-judge ibu yang memberikan sufor. ASI memang makanan terbaik, namun tidak semua wanita diberikan anugrah ASI yang lancar. Beberapa orang yang saya kenal sulit memberikan bayinya ASI dikarenakan sangat sedikitnya ASI yang keluar sehingga mereka memutuskan untuk memberikan tambahan sufor pada anaknya. Sudah melakukan berbagai cara agar ASI melimpah ruah tetapi hasil tetap nihil. Kalau sudah begini apakah masih men-judge Ibu tersebut enggan memberikan ASI? Menurut saya apapun alasannya seorang Ibu tahu yang terbaik untuk anaknya. Baik Ibu ASI atau sufor, keduanya sama-sama menginginkan kehidupan yang baik untuk anaknya. Pertanyaan atau pernyataan seperti ini hanya dapat membuat seorang Ibu menjadi sedih. So, hargailah setiap keputusan Ibu yang memberikan sufor.
Q: Apa benar suasana hati Ibu berpengaruh terhadap kelancaran ASI?
A: Berdasarkan pengalaman saya sih hal tersebut benar. Saat saya sedang bete atau kesal memikirkan sesuatu, biasanya ASI yang keluar sedikit dan saat saya sedang excited terhadap sesuatu alias lagi happy, ASI keluar mengalir dengan deras. Hehe.
Q: Pemakaian bedong itu perlu atau tidak sih? Katanya bayi dipakaikan bedong agar kakinya lurus?
A: Perlu atau tidak jawabannya adalah keduanya. Namun teori pemakaian bedong agar kaki bayi lurus perlu ditanyakan lebih lanjut kepada yang lebih ahli seperti dokter. Menurut pemahaman dan pengalaman saya, pemakaian bedong terhadap bayi saat awal perlu dengan tujuan agar bayi tetap merasa hangat seperti di dalam kandungan. Tetapi perlu diperhatikan juga sih bila bayi terlihat tidak nyaman dan suhu udara ruang cukup panas, yaa tidak perlu dipakaikan bedong. Sedikit cerita, anak saya yang pertama dari awal menunjukkan ketidaknyamanannya menggunakan bedong. Bedong selalu terlepas dan terbuka sendiri dalam hitungan menit. Mau udara dingin sekalipun bedong tetap terbuka sendiri dan terlepas hehe. Tidurpun tidak pulas dengan menggunakan bedong. Berbeda dengan anak saya yang kedua, pemakaian bedong membuat anak lebih anteng dan tidur lebih nyenyak. Ga ada tuh pakai acara bedong lepas sendiri walaupun suhu udara ruang hangat. Haha kalau begini keadaannya pemakaian bedong kan perlu dan bermanfaat yaa. Saya jadi lebih leluasa melakukan hal lain saat anak yang dibedong tertidur pulas.
Q: Nah, kalau pemakaian sarung tangan dan sarung kaki gimana tuh? Penting atau tidak ya?
A: Menurut saya sih tujuan pemakaian sarung tangan dan kaki sama halnya sepertinya penggunaan bedong yaitu agar bayi tetap hangat. Tujuan lainnya adalah agar bayi tidak terluka oleh kukunya yang cukup tajam. Terkadang walaupun sudah dipotong tetap saja tajam ujungnya. Untuk menghindari luka yaa lebih baik bayi dipakaikan sarung tangan. Berdasarkan pengalaman, saya hanya memakaikan sarung tangan pada anak-anak saya sampai berusia sekitar 2 bulan-an.
Q: Bayi newborn lebih baik pakai popok kain daripada popok sekali pakai?
A: Saya tidak dapat mengatakan popok kain lebih baik daripada disposable diapers begitu juga sebaliknya. Better saya ceritakan pengalaman saya menggunakan kedua jenis popok tersebut pada kedua anak saya. Pengalaman anak pertama yang menggunakan popok kain selama 40 hari awal dia lahir itu sungguh merepotkan. Intensitas BAK dan BAB bayi pada bulan-bulan pertama cukup sering sehingga popok kain berkali-kali ganti walaupun di atas kain saya beri pad tipis seperti pembalut. Selain itu perlak dan seprai sering kali terkena percikan air kencing yang mau tidak mau harus diganti sehingga tumpukan cucian bertambah banyak. Anak bayi pun tidak sepenuhnya nyaman karena popok yang selalu basah membuat mereka terbangun berkali-kali. Bagi Ibu rumah tangga tanpa bantuan baby sitter ini sangat merepotkan dan melelahkan namun sisi baiknya tidak ada pengeluaran uang untuk disposable diapers. Berkaca dari pengalaman ini, saya tidak memberlakukan pemakaian popok kain pada anak kedua dari sejak Ia lahir. Saya memutuskan untuk menggunakan disposable diapers. Saat itu dan hingga kini saya menggunakan merk Mamy Poko karena daya serapnya yang bagus. And you know what? Anak saya jarang terbangun saat Ia tertidur pulas pada malam hari. Saya juga tidak perlu mengganti setiap 30 menit-1 jam sekali untuk mengganti popok karena terkadang permukaan popok tetap kering. Sisi negatif nya adalah boros dan pengeluaran cukup besar hanya untuk membeli disposable diapers ini. So, antara popok kain dan sekali pakai mana yang lebih baik? menurut saya itu sangat personal. Saya pribadi lebih memilih popok sekali pakai. Walaupun boros dan mahal, anak saya lebih terlihat nyaman dengan popok sekali pakai dan tugas saya sebagai Ibu rumah tangga tanpa baby sitter lebih ringan.
Q: Kata orang tua, Ibu yang baru saja melahirkan tidak boleh keluar rumah selama 40 hari. Duh bosan deh! Dilanggar boleh tidak?
A: Nah pertanyaan ini sering banget saya dengar. Sampai-sampai ada teman saya yang tidak mau menginjakkan garasi rumah karena takut terjadi sesuatu hal jika melanggarnya. Ekstrim ya. Padahal esensi tidak boleh keluar rumah setelah melahirkan bukan seperti itu sih. Lalu memang kenapa sih ga boleh keluar? Hmm… gini deh gini bagi saya sebenarnya seorang Ibu yang baru saja melahirkan ya boleh saja keluar dari rumah. Pergi arisan, pergi ke salon, belanja sayur di depan rumah, atau belanja sembako di minimarket ya boleh lah selama bayi yang belum genap 40 hari itu tidak diajak alias tetap di rumah. Loh tetapi kata orang tua itu ga boleh gimana? Secara logika nih ya, larangan tersebut bermakna positif. Bayi yang kurang dari 40 hari itu masih rentan terhadap penyakit karena mungkin sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna ditambah vaksinasi yang belum lengkap. Ditakutkan bila bayi berada di luar rumah, bertemu dengan banyak orang dimana virus-virus penyakit bertebaran di udara masuk ke dalam tubuh si bayi lalu kena penyakit yang aneh-aneh. Daripada menyesal seumur hidup si bayi sakit dan Ibu juga masih mengalami masa nifas dan butuh waktu pemulihan setelah melahirkan, lebih baik setelah melahirkan tetap berada di rumah selama 40 hari. Kalaupun urgen seperti harus pergi ke rumah sakit untuk imunisasi ya tidak apa-apa. So, di sini saya pikir konteksnya bukan melarang Ibu nya benar-benar tidak boleh keluar rumah namun ini imbauan untuk bayinya yang sebaiknya di rumah sampai sistem kekebalan tubuh si bayi terbentuk dengan sempurna. Sst, 40 hari itu tidak terasa loh dan jangan dirasa-rasa. Hehe.
Q: Kalau maghrib temani bayinya dan jangan di tinggal karena nanti ada makhluk halus mendekatinya. Apakah itu benar?
A: Benar atau tidak saya kurang tahu dan sulit dibuktikan. Namun, satu hal yang pasti adalah saya percaya bahwa hidup kita ini berdampingan dengan dunia lain milik makhluk yang kasat mata. Perkara saat maghrib harus selalu berada di dekat bayi menurut saya tidak hanya waktu maghrib saja ya, malah harus setiap saat. Loh ya iyalah kenapa coba? Kalau anak tiba-tiba berguling lalu jatuh atau mukanya tidak sengaja tertindih bantal sehingga tidak bisa bernafas bagaimana hayoo? Hahaha. Duh, yang namanya mitos selama kehamilan dan melahirkan yang diutarakan oleh orang tua jaman dulu itu banyak sekali. Hargai, Iyakan saja dan ambil positifnya.
Q: Ibu mertua/orang tua memberikan aksesoris atau segala atribut penghalau makhluk gaib yang wajib dipakai/dilakukan. Saya tidak percaya hal begituan. So, what should i do?
A: Nah sama nih seperti pertanyaan di atas. Di era modern siapa sih yang masih percaya hal seperti ini. Saya? Apalagi saya buibu, hal yang bisa dibilang tidak masuk ke akal sehat. Percaya mah sama Tuhan dan satu-satunya cara menghalau ya cuma beribadah seperti mengaji dan sholat. Hanya sajaaaa… ada beberapa tradisi daerah yang masih mempercayai hal-hal seperti itu dan ya saya sih menghargai saja. Contoh nyatanya adalah saya. Haha. Yes buibu, saya diberikan bangle (apa itu bangle guggling saja ya) dari Ibu mertua untuk dipasangkan ke tangan anak saya. Lalu jadinya dipakaikan ke anak tidak? Jawabannya adalah iya. Alasannya? Ya saya menghargai tradisi itu saja dan lagian hal tersebut tidak berlaku seumur hidup kan? Hanya saat masa kehamilan dan usia awal kelahiran anak. 🙂
Well, sekian dulu QnA kali ini. Nanti akan saya lanjutkan part 2 nya yang entah kapan publish-nya hehe. But, i promise akan ada part 2 nya kok!
Terima kasih bagi yang telah menyempatkan waktunya berkunjung ke blog ini. Semoga tulisan saya dapat bermanfaat bagi yang membaca.
Best Regards, 💋